Sistem Status dan Pelapisan Masyarakat Sistem Status yang Berubah Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh

Oleh : W.F. Wertheim

Subbab 1-4    : Pada abad XX terjadi perkembangan dinamis. Namun, pada sistem status yang bersendikan kelompok-kelompok suku bangsa tidak mempunyai pengaruh yang mendalam terhadap pola masyarakat. Kemudian terbentuklah paham individualisme ekonomi pada penduduk yang melakukan pemberontakan menentang tradisi dan kekuasaan suku. Kemakmuran kebendaan yang dicapai oleh mereka menyebabkan adanya perjuangan untuk memperoleh prestise sosial yang sama dengan ketua-ketua adat. Dari ukuran keagamaan dan kesejahteraan materi, paham individualisme di beberapa daerah dimana pemerintahan adat-feodal telah dikesampingkan pada waktu pasifikasi telah mencapai kemajuan lagi.

Subbab 5-6    : Pentingnya pendidikan sebagai suatu pengarah dinamis lebih baik baik dipelajari di pulau Jawa. Perbedaan profesi di sana semakin meningkat semenjak tahun 1990. Hal ini disebabkan oleh meluasnya ekonomi uang dan meningkatnya hubungan dengan Barat sehingga timbul lapangan pekerjaan baru. Dari profesi yang menjadi pekerjaan utama adalah kegiatan perdagangan dan angka pada tahun 1930 lebih tinggi dari tahun 1905. Data tahun 1930 tersebut mencakup orang yang bekerja untuk orang lain dan memperlihatkan sebagian besar dari mereka adalah pedagang bebas kecil.

Subbab 7-11  : Perkembangan selanjutnya ketika masa depresi tahun 30an, suatu kelas bumiputera yang tumbuh telah mulai ada mendobrak susunan masyarakat tradisional lama dan melakukan pengaruh yang bersifat individual. Terlepas dari bentuk pendidikan yang di berikan dan sebagaimana lumrahnya pendidikan itu saja telah mendobrak struktur masyarakat pertanian.Pendidikan telah mencipatakan suatu kelas baru kaum cendikiawan atau setengah yang menduduki suatu posisi khusus dalam masyarakat. Usaha pribadi untuk naik dalam tingkat-tingkat sosial dalam masyarakat ini tidak mengambil bentuk perjuangan untuk memperoleh laba dari perdagangan atau dari suatu pekerjaan bebas, tetapi dalam suatu perjuangan untuk mencapai pengakuan resmi dengan perantaraan ijazah.

Subbab 12-13   :  Ikatan-ikatan tradisional memainkan peranan dalam usaha mengumpulkan sejumlah uang untuk memungkinkan seorang anak pergi belajar, karena beberapa orang anggota keluarga harus ikut serta membelanjai sekolah anak itu, sedangkan seluruh keluarga berusaha untuk mengambil untung dari padanya. Dengan demikian, pendidikan telah menciptakan seluruh kelas orang Indonesia yang mempunyai pendidikan Barat sampai tingkat tertentu.

Subbab 14-17  : Adanya kelas ini tidak hanya mempengaruhi sistem nilai kemasyarakatan dalam masyarakat Indonesia saja, namun kelas itu juga mendobrak pelapisan sosial kolonial abad XIX berdasarkan perbedaan ras. Pendidikan barat telah memberikan kesempatan kepada orang-orang Indonesia untuk mengisi jabatan yang tadinya hanya disediakan untuk ‘kasta’ Eropa saja. Apalagi timbulnya kebutuan tenaga-tenaga terlatih dalam administrasi dan mahir berbahasa Belanda, anak-anak para pemuka adat, orang-orang Kristen Ambon dan Manado adalah yang pertama mendapat kesempatan secara besar-besaran memeperoleh fasilitas pendidikan yang semakin bertambah.

Subbab 18-24  : Setelah tahun 1990, pendidikan terbuka untuk sejumlah besar orang-orang Indonesia. Permintaan atas tenaga terlatih selalu meningkat. Tetapi untuk pengangkatan yang meminta pendidikan tinggi, pada umumnya untuk sementara waktu hanya dapat diisi oleh orang-orang Indo, maka diadakan skala gaji khusus, disesuaikan dengan tingkat hidup golongan Indo yang lebih tinggi. Persaingan yang semakin hebat dalam suatu masyarakat dimana karena adanya suatu sistem ekonomi yang dominan, serta terdapat lebih banyak lamaran dari pada kesempatan kerja, telah menyebabkan para anggota kaum borjuis mempersatukan barisan untuk mencapai solidaritas kelompok. Di pihak lain, di kalangan orang-orang Indonesia terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk mengadakan persatuan. Wanita-wanita Indonesia dengan rasa harga diri semakin lama semakin mengindahkan bekerja sebagai pembantu rumah tangga merangkap selir bagi laki-laki Eropa yang tidak kawin.

Subbab 25-29  : Dalam tahun kemelut, perjuangan persaingan ini menjadi lebih hebat. Mulai dari mengikuti kursus-kursus agar dapat mempertahankan tingkat Eropanya dan pedagang Indonesia berjumlah besar yang memegang monopoli dalam dunia dagang. Selain itu, Cina mulai bersaing dengan orang Indo dan Indonesia untuk memperoleh jabatan tertinggi di pemerintahan. Sebelum perang kedudukan istimewa yang diduduki orang Eropa dan orang Cina, sebagai halnya dengan kaum bangsawan feodal. Terdapat suatu kecenderungan yang kuat ke arah suatu sistem nilai yang baru berdasarkan kemakmuran individu dan kemampuan intelektual seseorang, tetapi perkembangan ini pada umumnya masih ditahan, baik oleh sisa-sisa struktur feodal maupun kolonial.

Leave a comment